Dalam bola basket, keputusan taktis antara menggunakan pertahanan zone defence (pertahanan area) atau man-to-man (pertahanan individu) adalah salah satu yang paling krusial, terutama saat menghadapi tim lawan yang memiliki banyak penembak ulung (shooter). Kedua sistem pertahanan ini memiliki filosofi yang kontras, dan efektivitasnya sangat bergantung pada kelemahan spesifik dari tim penyerang. Memahami Taktik Zona Defence dan man-to-man adalah kunci bagi pelatih untuk memformulasikan rencana permainan yang membatasi tembakan tiga angka lawan. Pilihan taktik yang tepat dapat mengurangi efisiensi tembakan lawan hingga di bawah 30%, sebuah angka yang secara statistik menjamin kemenangan.
Man-to-Man: Pertahanan Agresif dan Pressure
Pertahanan man-to-man adalah sistem paling dasar, di mana setiap pemain bertanggung jawab penuh untuk menjaga satu pemain lawan. Saat menghadapi tim shooter yang andal, man-to-man bisa menjadi sangat efektif karena memungkinkan tekanan konstan di luar garis tiga angka. Tujuannya adalah tidak membiarkan shooter mendapatkan ruang yang cukup untuk melakukan tembakan terbuka (open look). Strategi ini membutuhkan intensitas fisik yang tinggi dan disiplin individu untuk tetap berada di depan shooter dan melepaskan tembakan.
Taktik Zona Defence Man-to-Man dioptimalkan dengan aturan “No Help” di area perimeter. Biasanya, dalam man-to-man, pemain defense akan help (membantu) jika rekannya di tembus dribbling. Namun, saat melawan shooter berbahaya, pelatih seringkali melarang pemain defense meninggalkan penjagaan mereka di garis tiga angka, bahkan jika shooter tersebut hanya bertugas sebagai pengalih perhatian. Pendekatan ini memastikan tembakan tiga angka yang dilepaskan selalu dalam pengawalan ketat. Latihan intensif untuk man-to-man defence dilakukan oleh tim-tim di Liga Bola Basket Nasional setiap hari Kamis malam, berfokus pada slide step dan kecepatan reaksi.
Zone Defence: Mengunci Area Kritis
Taktik Zona Defence (misalnya formasi 2-3 atau 3-2) membagi lapangan menjadi area-area tanggung jawab, di mana pemain menjaga area tersebut, bukan individu lawan. Secara tradisional, zone defence dianggap rentan terhadap tembakan tiga angka karena meninggalkan celah di perimeter. Namun, zone defence dapat menjadi senjata yang ampuh melawan shooter jika dieksekusi dengan baik, terutama Zone 3-2.
Formasi 3-2 menempatkan tiga pemain di garis perimeter dan dua pemain di area paint. Penempatan ini secara efektif mengisi celah di sekitar garis tiga angka dan memaksa penyerang untuk menembak dari sudut yang lebih jauh atau sudut lapangan (corner). Taktik Zona Defence ini bekerja dengan baik ketika tim lawan mengandalkan satu atau dua shooter utama yang beroperasi di bagian atas busur. Selain itu, zone defence juga melindungi center tim dari akumulasi foul dan memperlambat ritme serangan lawan secara keseluruhan, yang dapat mengganggu alur tembakan shooter. Menurut Analisis Taktik oleh seorang Asisten Pelatih Timnas Basket, yang disajikan pada coaching clinic tanggal 17 Oktober 2024, zone defence sering digunakan di kuarter kedua untuk mengacaukan ritme tim penyerang yang sedang hot.