Dalam olahraga berintensitas tinggi seperti bola basket, sebagian besar blunder fatal—mulai dari turnover, foul yang tidak perlu, hingga missed shot terbuka—terjadi bukan karena kurangnya keterampilan, melainkan karena kelelahan fisik yang memicu keraguan dan pengambilan keputusan yang buruk. Oleh karena itu, Strategi Pelatih yang efektif harus dirancang untuk mempersiapkan atlet secara mental dan fisik agar dapat berfungsi secara optimal saat cadangan energi mereka menipis. Strategi Pelatih modern tidak hanya fokus pada peningkatan stamina, tetapi juga pada pengajaran decision-making yang otomatis (automatic decision-making) di bawah tekanan kelelahan.
Komponen pertama dari Strategi Pelatih adalah Fatigue Training Simulation. Pelatih secara sengaja menempatkan atlet dalam skenario pertandingan kritis (clutch moments) setelah sesi latihan fisik yang sangat melelahkan. Di Sasana Latihan Basket Utama, Pelatih Kepala, Coach Wijaya M.Pd., menerapkan simulasi end-of-game setiap hari Rabu sore, di mana atlet diwajibkan melakukan full-court sprint selama 10 menit sebelum menjalankan play ofensif dengan waktu tersisa 24 detik di shot clock. Tujuannya adalah menghilangkan keraguan dengan membiasakan otak dan otot bekerja secara efisien saat tubuh sedang kekurangan oksigen.
Komponen kedua dari Strategi Pelatih adalah penguatan Core Skills. Blunder di bawah kelelahan seringkali muncul dari kegagalan melakukan gerakan dasar, seperti dribbling atau passing. Coach Wijaya mengamati, melalui analisis video pertandingan pada kuartal IV tahun 2025, bahwa tingkat turnover akibat traveling atau bad pass meningkat sebesar 30% ketika atlet bermain lebih dari 35 menit dalam satu pertandingan. Untuk mengatasinya, sesi latihan teknik dasar diulang secara terus-menerus, bertujuan membangun memori otot yang begitu kuat sehingga gerakan dasar menjadi otomatis, bahkan ketika pikiran sedang lelah.
Komunikasi dan kepemimpinan adalah pilar terakhir dari Strategi Pelatih untuk mengatasi keraguan. Di tengah kelelahan, Point Guard atau Captain tim (yang dilatih menjadi on-court coach) harus mengambil alih kepemimpinan verbal. Kapten Tim, David Santoso, dilatih oleh Psikolog Olahraga Tim, Ibu Fani Maharani, S.Psi., untuk mengeluarkan command sederhana dan jelas, seperti “Slow down!” atau “Set Play 1,” di bawah tekanan. Dalam sesi pelatihan kepemimpinan yang diadakan pada tanggal 11 Desember 2025, atlet dilatih untuk merespons perintah Captain dalam waktu maksimal 2 detik. Dengan memastikan komunikasi yang jernih dan pengambilan keputusan yang cepat, Strategi Pelatih ini berhasil meredam keraguan, mengubah potensi blunder menjadi eksekusi yang disiplin.